Tuesday, May 10, 2011

Rangkuman Ketiga Model KM-Kimiz Dalkir


Chapter III
Knowledge Management Model

KM  dengan pendekatan yang lebih holistik untuk telah menjadi diperlukan sebagai subjektif yang kompleks dan pengetahuan yang alami yang nantinya akan menjadi informasi yang lebih diperlukan.
 Budaya dan pengaruh kontekstual akan semakin meningkatkan kompleksitas yang terlibat di dalam KM, dan faktor ini juga harus diperhitungkan dalam suatu model atau kerangka yang nantinya bisa memberi hasil yang tepat dan menjelaskan kunci di dalam model tersebut.

Di dalam Chapter 1, Davenport dan Prusak (1998, hal 2) memberikan perbedaan arti antara data, informasi dan pengetahuan yaitu:
Data: Fakta-fakta yang objektif tentang sebuah kejadian
Informasi: Sebuah pesan, biasanya dalam bentuk dokumen atau terdengar atau terlihat
komunikasi.
Pengetahuan: Gabungan dari berbagai pengalaman, nilai, informasi kontekstual,
dan wawasan ahli yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi dan menggabungkan
pengalaman baru  dan informasi. Ini berasal dan diterapkan dalam pikiran masing-masing individu. Dalam sebuah organisasi, sering menjadi terolah tidak hanya dalam bentuk dokumen atau repositori tetapi juga dalam organisasi rutinitas, proses, praktik, dan norma.

MAJOR THEORETICAL KM MODELS
Memiliki karateristik:
1. Sesuatu yang telah mewakili pendekatan holistik untuk manajemen pengetahuan (yaitu, mereka yang komprehensif dan mempertimbangkan pertimbangan orang, proses, organisasi, dan teknologi dimensi).
2. Sesuatu yang  telah ditinjau, dikritik, dan didiskusikan secara luas di KM sastra, oleh praktisi, akademisi, dan peneliti sama.
3. Model telah diterapkan dan diuji lapangan sehubungan dengan keandalan dan validitas.


The von Krogh and Roos Model of Organizational Epistemology

The von Krogh and Roos KM model membedakan antara pengetahuan individu dan pengetahuan social.

Dalam model ini dibagi dalam 2 pendekatan, yaitu kognitif(Cognitivist) dan koneksi(Connectionist)

Pendekatan Kognitif (Cognitivist)
Ditujukan untuk system kognitif, yaitu estimasi dalam pilihan atau referensi dalam memilih ide yang dianggap sesuai berrdasarkan dari kodifikasi pengalaman, evaluasi dalam pembentukan kepercayaan yang koheren, pembandingan, paradigma, pandangan, komprehensif dan kenyataan.
Biasanya di dalam KM, pendeketan kognitif ini didasarkan dari pengetahuan dari seorang KM tersebut, jika di kategorikan ke dalam pengetahuan, pendeketan kognitif bisa di golongkan ke dalam tacid knowledge( pengetahuan tacid).

Pendekatan Koneksi (Connectionist):
Pendekatan connectionist ini bisa dikatakan lebih ke pendekatan holistik dimana menunjukan hubungan antara pengetahuan dan fakta yang dilandaskan sebuah teori. Sehingga pendekatan ini menyediakan landasan teoritis yang kuat untuk sebuah model manajemen pengetahuan.

Model The von Krogh and Roos  lebih menerapkan ke pendekatan (Connectionist) karena pendekatan connectionist berlandaskan pada teoritis yang kuat dan menyediakan fakta bahwa hubungan antara pengetahuan dan siapa yang "menyerap"  pengetahuan itu dan memanfaatkan pengetahuan yang dipandang sebagai suatu ikatan yang tidak terpecahkan.

The Nonaka and Takeuchi Knowledge Spiral Model

-The Knowledge Creation Process
Penciptaan pengetahuan terjadi secara tidak terduga atau dengan cara yang tidak direncanakan.
-Knowledge Conversion
There are four modes of knowledge conversion
1. From tacit knowledge to tacit knowledge: the process of socialization.
2. From tacit knowledge to explicit knowledge: the process of externalization.
3. From explicit knowledge to explicit knowledge: the process of combination.
4. From explicit knowledge to tacit knowledge: the process of internalization.
-Knowledge Spiral
Penciptaan pengetahuan(knowledge creation process) bukanlah sebuah proses yang berurutan(sequence) berdasarkan proses interaksi yang saling berkelanjutan.

The Choo Sense-making KM Model
Dibagi di dalam 3 tahapan yaitu
1.      Sense making
2.      Knowledge creating
3.      Decision making


Didalam proses tersebut, ada beberapa tahapan kunci yang harus dilewati:
(1) ecological change (memngolah dan memproses pengetahuan eksternal),
(2) enactment( mencoba untuk membangun, mengatur ulang, keluar, atau menghancurkan suatu elemen(pandangan) yang spesifik dari suatu masalah),
(3) selection, and (4) retention ( memprediksi dan menetapkan suatu masalah yang telah di rubah cara pandangnya dengan menetapkan sebuah pilihan).

The Wiig Model for Building and Using Knowledge
Some useful dimensions to consider in Wiig’s KM model include: (1) completeness, (2) connectedness, (3) congruency, and (4) perspective and purpose.

Wiig’s KM model goes on to define different levels of internalization of knowledge.

 
The Boisot I-Space KM Model
Boisot (1998) proposes the following two key points:
1. The more easily data can be structured and converted into information, the more diffusible it becomes.(Semakin data lebih mudah diolah dan terstruktur untuk menjadi sebuah informasi, semakin berguna sebagaimana mestinya)
2. The less data that has been so structured requires a shared context for its diffusion, the more diffusible it becomes. (Semakin sedikit data lebih mudah diolah dan terstruktur untuk menjadi sebuah informasi, semakin sedikit juga informasi yang akan diterima sebagaimana mestinya)

 
Complex Adaptive System Models of KM

The Intelligent Complex Adaptive Systems (ICAS)
The major advantage of a complex adaptive system approach to a KM model
(1)creativity, (2) problem solving, (3) decision making, and (4) implementation.

The key processes in the ICAS KM model can be summarized as:
1. Understanding (Dimengerti).
2. Creating new ideas(Menciptakan ide baru).
3. Solving problems(Pemecahan masalah).
4. Making decisions(Pengambilan Keputusan).
5. Taking actions to achieve desired results(Mengambil tindakan untuk mendapat hasil yang dinginkan).



No comments:

Post a Comment